Perubahan Paradigma Pendidikan Jasmani untuk Masa Depan Yang Sehat dan Bahagia

Berikut ini adalah miss konsep penjas di Indonesia..
- Mata Pelajaran penjas dijadikan sarana untuk menempa siswanya menjadi atlet bukan untuk menenamkan pengetahuan bagaimana mengelola emosi, kesehatan untuk hidup aktif sepanjang hayat .
- Pemaksaan gerak. Siswa dipaksa untuk melakukan suatu gerakan yang tidak dipahaminya, mereka bergerak bukan dengan sukarela, mereka bergerak dengan hati yang penuh ketakutan dan ketidakpuasaan sehingga konsepnya adalah belajar untuk gerak, bukan bergerak untuk belajar.
- Arah tujuan penjas yang tidak jelas, mengingat tuntutan dari penjas sangat banyak, guru penjas harusnya membuat arah tujuan yang lebih jelas dan terarah, misalkan dengan menetapkan program kebugaraan jasmani anak agar lebih meningkat dengan membuat program kebugaraan selama satu tahun dari pada mengejar sesuatu yang tidak dapat dicapai seperti penguasaan keterampilan atau teknik cabang olahraga.
Berikut ini adalah tabel perbandingan paradigma penjas yang lama dan
paradigma penjas yang baru yang lebih manfaatble :
Paradigma Sekolah lama
|
Paradigma Baru
|
Fokus Olahraga
|
Fokus Kesehatan, Kebugaraan dan Kesejahteraan
|
Orientasi pada kinerja
|
Pengembangan ( Development )
|
Permainan yang mendominasi
|
Aktivitas Sepanjang Hayat
|
Kompetitif
|
Inklusif
|
Tes Kebugaran kelompok
|
Penilaian Keunggulan Individu
|
Prioritas Pada Hasil
|
Peningkatan/Perbaikan adalah
prioritas utama
|
Aktivitas Fisik melalui Olahraga
|
Literasi Jasmani Melalui Olahraga, Bermain Bebas,
Budaya dan tarian Lokal, Permainan Tradisional dll |
Ketidaktahuan paradigma baru ini disebabkan karena lemahnya literasi
guru penjas di Indonesia, padahal literasi kini telah menjadi program prioritas
yang digaungkan oleh pemerintah melalui Permendikbud 23 tahun 2015, tentu ini
bukan aturan untuk siswa semata, namun guru-guru juga harus menjadi teladan
bagi siswanya dalam menggerakan Program literasi disekolah, guru dituntut untuk
terus belajar sepanjang hayat, memiliki wawasan dan konsep luas mengenai bidang
keilmuannya. Jika keilmuannya tertinggal maka jangan harap menjadi guru
professional, mengembangkan profesionalisme tidak bisa lepas dari aktivitas
mencari ilmu, jalan satu-satunya untuk mencari ilmu adalah dengan membaca,
membaca membuka pikiran dan menajamkan keterampilan analisis terhadap suatu
objek, objek kita adalah manusia, manusia yang terlahir dengan segala keunikan
didalamnya, jika tidak mampu memahami keunikan ini maka penjas akan berdiri
menjadi mata pelajaran pemanis, bukan mata pelajaran yang pokok dan integral.
Lemahnya daya baca guru penjas menjadi masalah utama dalam maju dan
berkembangnya keilmuan mengenai pendidikan jasmani, terbukti dari sedikitnya
sumber dan referensi mengenai kepenjasaan di Indonesia, sudah menjadi rahasia
umum bahwa karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa adalah karya plagiarisme,
jika ditilik dari sumber permasalahnnya tentu masalah ini berada di lingkungan
Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK), upaya untuk mendorong
mahasiswanya hidup dan bernafas dengan membaca masih kurang, lemahnya dorongan
ini menjadikan mahasiswanya tidak tertarik untuk membuka buku, jika para dosen
menggerakan para mahasiswanya untuk selalu berliterasi. Yakinlah, khasanah
kelimuan penjas menjadi semakin luas.
Leave a Comment