Dukung Kami Membangun Asosiasi Profesi Guru Penjas



Dinamika permasalahan yang terjadi kepada guru penjas telah banyak membuat persepsi negative di mata  siswa, guru-guru mata pelajaran lain, dan masyarakat. Pandangan bahwa menajdi guru penjas mengajar tanpa konsep hanya memberikan bola, kemudian Permasalahan ini juga adalah permasalahan lama yang terus diulang tanpa ada perbaikan. Pantaslah pandangan buruk mengenai guru penjas sudah terbentuk sejak lama, pandangan-pandangan yang sudah diturunkan secara turun-temurun sampai membentuk sebuah kristal yang sulit dipecahkan,  ada yang mengatakan bahwa “enak ya jadi guru penjas, mengajar cuma kasih bola ke siswa lalu gurunya pergi ke kantin”, ada juga yang mengatakan “gampang ya jadi guru penjas, ngga ribet dengan administrasinya”. “dari dulu ngajarnya sepakbola terus, sampai soal-soal ujian yang diberikan dari SMP kelas 1 - SMA kelas 3 pun itu-itu terus tidak ada perubahan”. Perkataan itulah yang sering terdengar dari para guru, praktisi pendidikan dan siswa itu sendiri.
Pandangan yang salah ini, jika terus-menerus dibiarkan akan mengikis esensi mata pelajaran pendidikan jasmani kesehatan sebagai mata pelajaran yang memiliki pengaruh kuat dalam hal pengembangan karakter serta potensi yang dimiliki siswa, berikut adalah kesalahan-kesalahan yang sering terjadi di sekolah-sekolah :
a)      Banyaknya sekolah-sekolah yang mengangkat guru mata pelajaran lain menjadi guru penjaskes dengan dasar guru tersebut mempunyai salah satu keterampilan cabang olahraga sehingga dianggap mampu untuk mengajar penjasorkes, ini merupakan kesalahan fatal dalam dunia pendidikan, saya analogikan seperti orang yang sakit jantung berobat dan ditangani oleh dokter gigi.
Jelas ini merupakan sebuah kesalahan, alih-alih ingin sembuh malah berujung kematian, begitu juga dalam hal pembelajaran penjas harus ditangani oleh orang yang berkompeten yang sudah dibekali ketika perkuliahan dengan materi perkembangan motoric, sport education, sport pedagogy, sport psychologic, sport medicine, sport sociology, sport biPamanechanics, sehingga akan tercapai tujuan penjas yaitu menjadikan manusia yang sehat secara fisikal dan mental, ini sejalan dengan pendapat dari rink (1985) yang menyatakan bahwa “kontribusi unik dari pendidikan jasmani terhadap pendidikan secara umum adalah perkembangan tubuh yang menyeluruh melalui aktivitas jasmani. Ketika aktivitas jasmani ini dipandu oleh para guru yang berkompetensi, maka hasil berupa perkembangan utuh insani menyertai fisikal-nya. Hal ini hanya dapat dicapai ketika aktivitas jasmani menjadi budaya dan kebiasaan jasmani atau pelatihan jasmani.
b)      Masyarakat tidak bisa membedakan antara pendidikan jasmani dengan olahraga, dimasyarakat sering kali guru penjas dikenal dengan sebutan guru olahraga, yang sebetulnya memiliki arti yang sangat jauh dengan pendidikan jasmani.
 Menurut Abdul Jabar dalam bukunya pedagogi olaharaga, pendidikan jasmani adalah upaya pendidikan melalui pemilihan aktivitas jasmani yang diarahkan untuk dapat mencapai tujuan pendidikan. Sementara olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh atau keterampilan, dengan kata lain didalam olaharaga yang ditekankan hanyalah melatih keterampilan cabang olahraga atau hanya menjadikan insan yang sehat secara fisik saja, namun penjas hadir secara holistic menyentuh ranah afektif, kognitif dan Psikomotorik.
c)      Banyaknya guru penjas yang tidak paham akan tujuan dan arah pendidikan jasmani itu sendiri, masih banyak guru penjas yang memperlakukan anaknya seperti melatih atlet, bukan sebagai individu yang memiliki keunikan, keragaman minat dan bakat. Ini adalah dampak dari guru penjas tidak mengetahui perencanaan konsep, tujuan pendidikan jasmani.
Kita berharap bahwa masyarakat memiliki paradigma baru mengenai guru penjas, bahwa pendidikan jasmani  merupakan sebuah proses untuk merubah perilaku insan menjadi lebih baik secara fisik dan mental. Penerapan pendidikan karakter melalui berbagai kegiatan aktivitas jasmani dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan menjadi salah satu cara yang paling nyata untuk bisa direalisasikan, karena pembelajaran penjas mampu menciptakan momentum terjadinya sebuah incident secara langsung untuk menanamkan karakter baik, contohnya ketika dilapangan seorang anak sedang bermain bola secara tidak sengaja menjatuhkan lawannya, sikap yang akan guru tekankan adalah meminta si anak untuk membantu lawan dengan cara mengulurkan tangannya untuk membangunkan lawannya yang terjatuh dan meminta maaf, pembelajaran langsung secara kontekstual inilah yang menjadikan mata pelajaran penjas di mata pemerintah dan dalam kacamata pendidikan masih dianggap penting, bahkan negara-negara Eropa seperti Kanada, Belgia, Amerika Serikat dan Finlandia menempatkan posisi pendidikan jasmani sebagai mata pelajaran yang sangat central yang mendukung terhadap pola perkembangan anak sampai anak memiliki life skill.
Untuk menuju arah perubahan kearah lebih baik, Kami mengajak semua teman-teman guru-guru penjas seIndonesia untuk ikut membangun Asosiasi Guru Pendidikan Jasmani, mengembalikan marwah kita sebagai guru teladan, guru yang di idolakan siswanya, bukan guru yang ditakuti, bukan guru yang hanya memberikan bola setelah itu pergi. Kami ingin membangun profesionalisme teman-teman. Dengan banyak menyelenggarakan event-event, seminar nasional, kongres dan lomba-lomba untuk meningkatkan kompetensi profesioanl seorang guru penjas Mari sama-sama untuk menyamakan persepsi dan tujuan. Bangun Asosiasi Guru Pendidikan Jasmani,
“Pendidikan jasmani bukanlah alat untuk mencetak seorang atlet, siswa-siswi dijejali dengan berbagai teori, bahkan dipaksa untuk mencapai target yang tidak sesuai dengan esensi pendidikan jasmani”----Ropik Hidayat----


No comments

Theme images by nicodemos. Powered by Blogger.